“Cuaca di Kalimantan Barat sudah mulai turun hujan, dan sekarang api sudah padam. Masih ada 1-2 titik api, tapi tidak terlalu besar,” kata Gubernur Ria Norsan saat Rakor Karhutla bersama Kapolri dan Menteri Lingkungan Hidup RI di Balai Pendidikan dan pelatihan transportasi darat (BP2TD) Kabupaten Mempawah, Jum'at (8/8/2025).
Ria Norsan juga mengapresiasi kerja keras seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan karhutla, mulai dari Pemerintah Provinsi, Kepolisian Daerah Kalbar, Manggala Agni, BNPB, relawan, hingga masyarakat yang turut berjibaku memadamkan api.
“Alhamdulillah, hasilnya sangat memuaskan. Kami tadi menerima laporan dari Pak Kapolda dan jajaran, kerja sama lintas sektor berjalan dengan baik. Terima kasih juga atas dukungan dari pemerintah pusat dan kunjungan dari Pak Kapolri serta Menteri dari Jogja, mudah-mudahan membawa keberkahan untuk Kalbar,” timpalnya.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo yang turut hadir dalam tinjauan lapangan menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi kebakaran berulang, terutama di wilayah gambut. Menurutnya, titik api bisa muncul baik karena faktor kesengajaan maupun kondisi alam yang memicu pembakaran spontan.
“Masih ada sumber api yang muncul dari dua penyebab, yakni karena sengaja dibakar, dan dari wilayah gambut yang kering dan memicu api secara alami. Oleh karena itu, pengawasan harus terus diperketat,” ujar Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.
Sigit juga menyoroti pentingnya posko-posko pemantauan yang telah didirikan di dekat titik-titik rawan api. Tim pemantau dari BPBD, RNI, Manggala Agni, hingga relawan terus aktif melakukan deteksi dini menggunakan teknologi hotspot dan airspot.
Jenderal Pol Listyo Sigit juga menekankan bahwa kearifan lokal dalam membakar lahan tetap diizinkan, sesuai Undang-Undang Cipta Kerja, namun harus memenuhi syarat ketat. Salah satunya adalah membuat sekat bakar dan memastikan pembakaran diawasi hingga tuntas.
“Kearifan lokal tetap bisa dijalankan, tapi harus ada aturan teknis yang ketat agar tidak menyebabkan kebakaran besar. Ini harus terus disosialisasikan kepada petugas yang memberikan izin,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, juga membahas pentingnya memastikan ketersediaan sumber air, terutama menjelang musim kemarau panjang yang diperkirakan terjadi tahun depan akibat fenomena La Nina.
“Pastikan bahwa di sekitar wilayah rawan kebakaran terdapat embung, sungai, kanal, atau waduk yang bisa dimanfaatkan untuk pemadaman, baik secara manual maupun menggunakan water bombing,” ujarnya.
Peralatan pemadam juga harus dipersiapkan sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing. Koordinasi lintas instansi sangat diperlukan untuk memastikan efektivitas penanganan di lapangan.
Sebagai bagian dari solusi jangka panjang, Kapolri sempat menyarankan agar lahan-lahan yang rutin terbakar setiap tahun bisa dialihkan fungsinya menjadi lahan pertanian produktif, sebagai bagian dari program ketahanan pangan nasional.
“Kita perlu evaluasi dan riset untuk mengatasi kebakaran berulang. Jika memungkinkan, ubah lahan gambut yang sering terbakar menjadi lahan tanaman pangan,” pungkasnya.
Rapat koordinasi karhutla di Mempawah yang dihadiri oleh Gubernur Ria Norsan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Menteri Lingkungan Hidup menegaskan bahwa meskipun kondisi karhutla di Kalbar membaik, kewaspadaan harus terus ditingkatkan.
Kemudian penangnan akan pentingnya pengawasan ketat terhadap titik api, baik yang muncul karena kesengajaan maupun kondisi alam, serta memastikan kearifan lokal dalam pembakaran lahan dijalankan sesuai aturan ketat.
Sebagai solusi jangka panjang, diusulkan agar lahan yang rawan terbakar dialihfungsikan menjadi lahan pertanian produktif dan ketersediaan sumber air untuk pemadaman dipastikan menjelang musim kemarau. (rfa/ica)